Para ahli telah menemukan cara baru untuk menilai kesuburan pria. Caranya lumayan mudah yakni dengan mengukur panjang selangkangan alias pangkal paha.
Cara yang dilakukan dengan memeriksa jarak anogenital atau selangkangannya, yaitu jarak antara skrotum dengan anusnya.
Sebelumnya telah dilakukan studi pada hewan yang menunjukkan bahwa jarak anogenital merupakan ukuran yang penting dari perkembangan alat kelamin.
"Pria yang memiliki masalah perkembangan alat kelamin yang abnormal dan disfungsi testis mungkin memiliki jarak anogenital yang lebih pendek," kata peneliti dari Baylor College of Medicine.
Studi dari University of Rochester yang diterbitkan di Environmental Health Perspectives, menemukan bahwa pria dengan rentang anogenital lebih pendek memiliki jumlah sperma lebih rendah, kualitas sperma yang lebih buruk, konsentrasi sperma rendah dan motilitas yang rendah.
Dalam studi baru, kelompok peneliti dari Baylor menyelidiki apakah jarak anus ke kelamin berbeda antara pria subur dengan yang tidak subur. Peneliti mengukur jarak skrotum ke anus serta panjang penis 117 pria subur dan 56 pria yang harus mendapatkan perawatan kesuburan di klinik andrologi.
Hasil studi menunjukkan pria yang bermasalah dengan kesuburan memiliki jarak anogenital yang lebih pendek dan penis yang juga lebih pendek dari pria subur.
"Jarak anus dengan kelamin adalah prediktor kuat yang menunjukkan kualitas semen. Penelitian ini memberikan data baru pada pria infertil, yang memiliki jarak anus dengan kelamin yang lebih pendek," kata Shanna Swan H., wakil ketua untuk penelitian di Mount Sinai Children's Environmental Health Center, New York seperti dilansir dari HealthDay, Rabu (16/5/2012).
Swan mengatakan bahwa kelompok penelitiannya menerbitkan temuan serupa bulan lalu yang menyatakan ukuran jarak anogenital mencerminkan perkembangan alat kelamin dini dan memprediksi kualitas semen dan kesuburan. Studi ini dipublikasikan pada tanggal 11 Mei di jurnal online PLoS One.
Tapi salah satu urolog mengatakan temuan ini terlalu awal untuk diperkenalkan ke dalam praktek klinis. Masih diperlukan penilitian lebih lanjut untuk sebelum para urolog menggunakan jarak anogenital sebagai penentu masa depan kesuburan pada pria.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membandingkan teknik untuk mengukur jarak anogenital dan menilai akurasi pengukuran.
Cara yang dilakukan dengan memeriksa jarak anogenital atau selangkangannya, yaitu jarak antara skrotum dengan anusnya.
Sebelumnya telah dilakukan studi pada hewan yang menunjukkan bahwa jarak anogenital merupakan ukuran yang penting dari perkembangan alat kelamin.
"Pria yang memiliki masalah perkembangan alat kelamin yang abnormal dan disfungsi testis mungkin memiliki jarak anogenital yang lebih pendek," kata peneliti dari Baylor College of Medicine.
Studi dari University of Rochester yang diterbitkan di Environmental Health Perspectives, menemukan bahwa pria dengan rentang anogenital lebih pendek memiliki jumlah sperma lebih rendah, kualitas sperma yang lebih buruk, konsentrasi sperma rendah dan motilitas yang rendah.
Dalam studi baru, kelompok peneliti dari Baylor menyelidiki apakah jarak anus ke kelamin berbeda antara pria subur dengan yang tidak subur. Peneliti mengukur jarak skrotum ke anus serta panjang penis 117 pria subur dan 56 pria yang harus mendapatkan perawatan kesuburan di klinik andrologi.
Hasil studi menunjukkan pria yang bermasalah dengan kesuburan memiliki jarak anogenital yang lebih pendek dan penis yang juga lebih pendek dari pria subur.
"Jarak anus dengan kelamin adalah prediktor kuat yang menunjukkan kualitas semen. Penelitian ini memberikan data baru pada pria infertil, yang memiliki jarak anus dengan kelamin yang lebih pendek," kata Shanna Swan H., wakil ketua untuk penelitian di Mount Sinai Children's Environmental Health Center, New York seperti dilansir dari HealthDay, Rabu (16/5/2012).
Swan mengatakan bahwa kelompok penelitiannya menerbitkan temuan serupa bulan lalu yang menyatakan ukuran jarak anogenital mencerminkan perkembangan alat kelamin dini dan memprediksi kualitas semen dan kesuburan. Studi ini dipublikasikan pada tanggal 11 Mei di jurnal online PLoS One.
Tapi salah satu urolog mengatakan temuan ini terlalu awal untuk diperkenalkan ke dalam praktek klinis. Masih diperlukan penilitian lebih lanjut untuk sebelum para urolog menggunakan jarak anogenital sebagai penentu masa depan kesuburan pada pria.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membandingkan teknik untuk mengukur jarak anogenital dan menilai akurasi pengukuran.
Sumber: Detik.com
0 komentar:
Posting Komentar